Kelompok softskill 3PA06
(Durian) :
1. Achmad Salman D
2. Ayu Rosita
3. Citra Anggraeni A
4. Fani J
5. Sastia Juliana
6. Yenti Astuti
ANALISIS
FILM MERAH PUTIH
Judul Film : Merah Putih
Tahun
:2009
Sutradara :Yadi Sugandi
Pemain
:Lukman Sardi, Donny Alamsyah, Darius Sinathrya, Zumi Zola, Teuku Rifnu Wikana,
Rahayu Saraswati, Rudy Wowor, dan Astri Nurdin.
Film Merah putih semi
dokumenter yang menghabiskan biaya kira-kira Rp 60 miliar ini bercerita tentang
sekelompok pejuang kemerdekaan yang harus bersatu untuk bertahan dari
pembunuhan dan penjajahan. Berjuang sebagai pejuang gerilya, untuk menjadi
anak-anak bangsa yang sesungguhnya, terlepas dari konflik pribadi dan perbedaan
yang besar dalam kelas sosial, suku, daerah asal, agama, dan kepribadian.
Film ini didedikasikan
untuk dua orang pahlawan Indonesia, yaitu Letnan Satu R.M. Subianto
Djojohadikusumo dan Kadet R.M Sujono Djojohadikusumo dan semua pahlawan
yang telah berjuang dan gugur untuk kemerdekaan Indonesia.
Film ini menceritakan
kisah 5 orang Pejuang Indonesia yang mempunyai latar belakang yang berbeda.
Amir seorang muslim yang mempunyai istri bernama Melati, Marius seorang anak
priyayi yang kaya raya, kemudian ada Surono yaitu teman Marius yang masih
memiliki seorang kakak perempuan bernama Senja, ada juga Thomas seorang anak desa
yang memeluk agama
kristen dari Sulawesi yang ingin jadi perwira karena keluarganya mati dibunuh
oleh tentara-tentara Belanda, dan yang terakhir adalah seorang pemeluk agama
Hindu dari Bali yang bernama Dayat.
Kisah dimulai dari
pendaftaran masuk sebagai perwira. Setelah mereka semua diterima, mereka
tinggal di asrama dan harus bekerja keras, setiap hari berlatih, berlatih, dan
berlatih. Selama di asrama, Marius dan Thomas selalu ada konflik. Dimulai dari
kejadian menyembunyikan kalung salib Thomas sampai ditemukannya botol minuman
alkhohol milik Marius oleh anggota perwira tinggi. Kejadian ini yang membuat
semuanya menjadi bersatu.
Pada malam sebelum
beristirahat, tiba-tiba Kapten memanggil Surono dan Amir untuk
datang ke kantor.
Pada saat itu mereka berdua dinaikan pangkat oleh Kapten. Surono menjadi
Letnan satu dan Amir sebagai Letnan dua. Setelah menyelesaikan pendidikan di
asrama, mereka semua diijinkan untuk bertemu dan mencari pasangan dalam
bentuk acara berdansa dan jamuan makan malam .
Pertempuran dimulai
pada saat jamuan makan malam belangsung. Pada saat mereka sedang asyik
berpesta, tiba-tiba Belanda menyerang dengan melemparkan meriam-meriam ke arah tempat pesta
berlangsung,
banyak korban berjatuhan pada peristiwa tersebut. Pertempuran masih terus
berlangsung dan pada saat itu Kapten dan wakilnya pun gugur didalam
medan perang.
Kemudian Letnan Surono dan Letnan Amir berpencar menjadi 2 tim. Pada saat
itu Letnan Surono dan para perwiranya sedang bersembunyi dibawah gundukan
tanah, kemudian Dayan memberitahukan bahwa kakak dari Letnan Surono yang
bernama Senja masuk kedalam hutan lalu Letnan Surono tanpa berpikir panjang
langsung masuk kedalam hutan.
Pada saat Letnan Surono mencari kakaknya, beliau melihat temannya Marius yang
sedang ketakutan sembari memegang senjata, Letnan Surono bermaksud untuk
membawanya pergi namun Letnan Surono di dorong oleh Marius dan pada akhirnya
beliau tertembak oleh pasukan Belanda dan meninggal dunia didalam medan perang.
Dalam pertempuran yang memakan waktu
berhari-hari ini, ternyata yang tersisa hanya tiga orang perwira dan satu
Letnan.
mereka semua telah putus asa
menganggap perang telah berakhir. Thomas, Dayat, Marius, dan Letnan Amir tak
tahu apa yang harus dilakukan. Empat orang melawan banyaknya pasukan Belanda.
Dengan semangat dan nasehat dari perwira Dayat, kemudian mereka memiliki ide
untuk membuat jebakan untuk orang-orang Belanda yang akan pergi ke Lamongan Lor
pada saat itu. Mereka berempat yang dibantu oleh beberapa penduduk sekitar
mereka berhasil membunuh para pasukan dan menahan pemimpin kompeni (Belanda).
Cerita berakhir disini.
Indonesia yang terkenal dengan pantang menyerah dan tetap berjuang akhirnya
berhasil menaklukan Belanda sekaligus dapat mempertahankan NKRI (Negara
Kesatuan Republik Indonesia).
Beberapa nilai-nilai
positif digambarkan dalam film ini sebagai cerminan bagi penikmat film,
seperti berjiwa pemimpin, solidaritas antar agama, cinta kepada keluarga dan
tanah air, berani mengambil keputusan yang bijaksana dan tidak gegabah (penuh
pertimbangan), ini terlihat pada adegan dimana saat pasukan Indonesia yang
berada dalam keadaan terjepit dan Belanda menyerang dengan tiba-tiba, seorang
Letnan mengambil keputusan untuk mundur demi menyusun rencana yang lebih matang
dalam perang esok hari, “kita mundur sekarang, kita mundur satu langkah dan
besok kita maju untuk bangsa”.
Film ini bukanlah
sebuah film fiksi semata tetapi film ini merupakan film semi dokumenter yang
dikutip dari kejadian yang menimpa Indonesia pada tahun 1947. Diantara
amanat-amanat yang terkandung dalama film ini, penulis mengambil beberapa
amanat diantaranya;
1.
Janganlah mengecewakan orang lain disaat ia memberikanmu sebuah kepercayaan.
2.
Janganlah terpancing oleh nafsu, kita harus bisa menahan amarah dan emosi.
3.
Gunakan emosi dan nafsu kepada hal yang lebih baik
4.
Selalu siap tempur dalam kondisi dan keadaan apapun.
5.
Taatlah beribadah sesuai agama yang telah kita yakini.
6.
Pengucut dan penghianatan adalah awal dari kemunduran.
7.
Pikiran, ucapan, hati, dan tekad yang kuat harus dimiliki oleh seorang
pemimpin.
Jika dikaitkan dengan teori
kepemimpinan, Film Merah Putih mengandung arti Kepemimpinan walaupun itu
tersirat. Berdasarkan teori yang menunjukan adanya gaya Kepemimpinan yang dapat di analisis dari film merah putih
adalah Teori Sistem 4 dari Rensis Likert.
Likert
(dalam O’Hair, Friedrich &Dixon, 2005, p.152-153) menyatakan bahwa umumnya
seorang pemimpin menggunakan empat gaya komunikasi, yaitu :
1. System
I (Authoritarian)
Pemimpin
System I ini bersifat task oriented, sangat terstruktur, dan otoriter. Hubungan
interpersonal tidaklah begitu penting. Pemimpin System I memiliki tingkat
kepercayaan yang sangat kecil terhadap bawahannya dan tidak melibatkan mereka
di dalam pengambilan keputusan. Bawahan bekerja dengan iklim yang terintimidasi
dan rasa takut. Komunikasi hanya berjalan dari atasan ke bawahan saja mengikuti
rantai kepemerintahan.
2.
System II (Controlling) Pemimpin System II bersifat task oriented, namun juga
mengontrol organisasi atau unit di dalamnya, bersifat sedikit otoriter.
Pemimpin merendahkan bawahan dan walaupun tidak terlalu ketat, ia juga memiliki
ketidakpercayaan kepada bawahannya. Bawahan memiliki izin untuk berpendapat
pada saat pengambilan keputusan, namun permasalahan organisasi diselesaikan
seluruhnya oleh jajaran atas perusahan. Meskipun sebagian besar arus
komunikasinya dari atasan kepada bawahan, tetapi beberapa interaksi masih
terlihat langsung antara jajaran atas perusahaan dan jajaran bawah perusahaan.
3. System III
(Collaborative) Pemimpin System III secara terbuka menempatkan keyakinan dan
kepercayaan kepada bawahannya. Seorang atasan mengontrol bawahan melalui
negosiasi dan kolaborasi. Bawahan memiliki hak untuk berpendapat dalam proses
pengambilan keputusan, terutama yang menyangkut persoalan kerja mereka. Arus
komunikasi mengalir secara relatif dua arah, yaitu dari atasan kepada bawahan
dan dari bawahan kepada atasan dalam hierarki organisasi.
4. System IV
(Nurturing) Pemimpin System IV berkonsentrasi pada hubungan baik dengan atasan
sekaligus bawahan mereka. Mereka memelihara keyakinan dan kepercayaan kepada
bawahannya serta memberi mereka motivasi dan semangat dalam proses pengambilan
keputusan di seluruh jajaran perusahaan. Pemimpin System IV tidak menggunakan
rasa takut, intimidasi, dan ancaman. Motivasi para pekerja dihasilkan dari
partisipasi mereka dalam mencapai target organisasi. Proses pertukaran pesan
yang terjadi di dalamnya bersifat bebas dan sangat terbuka baik dari atasan ,
bawahan, juga keduanya.
Dari beberapa
bagian teori Kepeminpinan tersebut, yang masuk dalam gaya Kepemimpinan yang di
ambil dari film Merah Putih yaitu Teori 4 sistem dari Likert dan yang dapat
dikaitkan kedalam film tersebut sistem tiga dan sistem empat.
Bila dikaitkan
dengan sistem III (Collaborative) dengan bagian dari film tersebut adalah
ketika Letnan Amir mengambil perintah karena Kapten dan wakilnya meninggal
didalam perang. Letnan Amir memerintahkan Perwira Dayat untuk memberitahukan
untuk mengungsi ke daerah timur desa karena Belanda akan menyerang ke desa
tersebut. Kemudian Perwira Dayat mematuhi perintah dari atasannya dan
sebelumnya Perwira Dayat menanyakan kembali bagaimana nantinya keadaan
atasannya ketika di biarkan sendiri melawan Belanda, namun Letnan Amir
meyakinkan bahwa ia mampu menghadapinya sendiri dengan taktiknya.
Kemudian bila dikaitkan
dengan teori 4 sistem dari Likert , di bagian sistem IV (Nurturing) dengan
bagian dari film Merah Putih adalah ketika para Perwira mulai putus asa karena
jumlah prajurit semakin menipis dan tidak percaya diri kalau nantinya mampu
menghadapi Belanda dengan jumlah sedikit. Namun Letnan Amir memberi nasehat,
bahwa sekiranya kita harus berusaha dan berusaha mencari bantuan dari
pemuda-pemuda desa agar melawan Koloni Belanda yang akan melewati daerah
Lamongan. Dengan hal tersebut Letnan Amir memberikan motivasi kepada bawahannya
sehingga terciptanya strategi untuk melawan belanda walaupun dengan menggunakan
senjata seadanya dan Letnan Amir dan para Perwiranya mampu mengalahkan Belanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar